Kamis, 30 Agustus 2018

Sejarah kabupaten kebumen

Geografis[sunting | besut sumber]


Letak Daerah : 109° 33' - 109° 50' Bujur wetan karo 7° 27' - 7° 50' Lintang kidul.
Bates Wilayah :


Basa sing dituturna penduduk kabupaten Kebumen yakuwe Basa Banyumasan.
Hasil gambar untuk gambar kota kebumen






Sejarah rakyat[sunting | besut sumber]


Jeneng Kebumen asale kuwe sekang kabumian sing artine panggonane Kyai Bumi bar digawe daerah minggate Pangeran Bumidirja atau Pangeran Mangkubumi sekang Mataram pada 26 Juni 1677, pas kuwe sing dadi raja ne Sunan Amangkurat I. Sedurunge, daerah kiye sempet dicatet nang peta sejarah nasional dadi salah siji tonggak patriotik dalam perang tentara Mataran nang jamane Sultan Agung meng bentenge wong landa nang Batavia. Pada saat kuwe Kebumen isih nganggo jeneng Panjer.
Salah seorang cicit Pangeran Senopati yaitu Bagus Bodronolo sing dilahirkan di Desa Karanglo, Panjer, atas permintaan Ki Suwarno, utusan Mataram sing bertugas sebagai petugas pengadaan logistik, berhasil mengumpulkan bahan pangan dari rakyat di daerah ini dengan jalan membeli. Keberhasilan membuat lumbung padi sing besar artinya bagi prajurit Mataram, sebagai penghargaan Sultan Agung, Ki Suwarno kemudian diangkat menjadi Bupati Panjer, sedangkan Bagus Bodronolo ikut dikirim ke Batavia sebagai prajurit pengawal pangan.
Adapun selain daripada tokoh di atas, ada seorang tokoh legendaris pula dengan nama Joko Sangrib, ia adalah putra Pangeran Puger/Paku Buwono I dari Mataram, dimana ibu Joko Sangrib masih adik ipar dari Demang Honggoyudo di Kuthawinangun. Setelah dewasa ia memiliki nama Tumenggung Honggowongso, ia bersama Pangeran Wijil dan Tumenggung Yosodipuro I berhasil memindahkan keraton Kartosuro ke kota Surakarta sekarang ini. Pada kesempatan lain ia juga berhasil memadamkan pemberontakan sing ada di daerah Banyumas, karena jasanya kemudian oleh Keraton Surakarta ia diangkat dengan gelar Tumenggung Arungbinang I, sesuai nama wasiat pemberian ayahandanya. Dalam Babad Kebumen keluaran Patih Yogyakarta, banyak nama di daerah Kebumen adalah berkat usulannya.
Di dalam Babad Mataram disebutkan pula Tumenggung Arungbinang I berperan dalam perang Mataram/Perang Pangeran Mangkubumi, saat itu ia bertugas sebagai Panglima Prajurit Dalam di Karaton Surakarta. Di dalam perang tersebut hal sing tidak masuk akal adalah ia tidak menyerah ke Pangeran Mangkubumi,sing seharusnya berpihak ke Pangeran Mangkubumi karena beliau termasuk putra Paku Buwono I/ Pangeran Puger. Ternyata ia bertugas sebagai mata2 penghubung antara pihak Kraton Surakarta dengan Pengeran Mangkubumi, pada tiap2 waktu ia sabagai utusan Kraton Surakarta untuk membawakan biaya perang kepada Pangeran Mangkubumi. Cara membawa biaya perang tersebut sing dalam bentuk emas dan berlian sing dimasukkan di dalam sebuah Kendang besar, tidak ada satupun sing tahu, baik Belanda,para punggawa Kraton Solo maupun para prajurit pihak Pangeran Mangkubumi sendiri. Cara membawanya dengan diselempangkan di belakang badannya sambil naik naik kuda, begitu berhasil menembus posisi sing dekat dengan Pangeran Mangkubumi maka dengan cepatnya Kendang tersebut ditaruh di dekat Pangeran Mangkubumi, kemudian pergi lagi. Demikian pada tiap2 waktu Arungbinang melaksanakan misi rahasia tersebut, sehingga perang Pangeran Mangkubumi mendapatkan biaya, bahkan peperangan ini ada sing menyebutkan sebagai perang Kendang. Tampaknya alasan inilah sing membuat posisi Arungbinang sebagai utusan rahasia. Tugas seperti itu dilakukan berulangkali.

Luas Wilayah dan Penggunaan[sunting | besut sumber]


Kabupaten Kebumen mempunyai luas wilayah sebesar 128.111,50 ha atau 1.281,11 km² dengan kondisi beberapa wilayah merupakan daerah pantai dan pegunungan, namun sebagian besar merupakan dataran rendah.

  • Dari luas wilayah Kabupaten Kebumen, tercatat 39.768,00 hektar atau sekitar 31,04% sebagai lahan sawah dan 88,343.50 hektar atau 68.96% sebagai lahan kering.
  • Menurut penggunaannya, sebagian besar lahan sawah beririgasi teknis dan hampir seluruhnya (46,18%) dapat ditanami dua kali dalam setahun, sebagian lagi berupa sawah tadah hujan (33,82%) sing di beberapa tempat dapat ditanami dua kali dalam setahun, serta 11,25% lahan sawah beririgasi setengah teknis dan sederhana.
  • Lahan kering digunakan untuk bangunan seluas 35.985,00 hektar (40,73%), tegalan/kebun seluas 28.777,00 hektar (32,57%) serta hutan negara seluas 16.861,00 hektar (19,08%) dan sisanya digunakan untuk padang penggembalaan, tambak, kolam, tanaman kayu-kayuan, serta lahan sing sementara tidak diusahakan dan tanah lainnya.

suara nashwa